Jumat, 26 Juni 2009

Sang Hyang Dasa Aksara; 10 hurup suci yang merupakan sumber alam semesta

Om Awighnam Astu Namo Siddham.
semoga tiada halangan.

Ini merupakan wejangan yang teramat mulia, diceritakan dalam setiap tubuh manusia terdapat hurup – urup yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa - dewa dari hurup suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya. Dari sepuluh hurup bersatu menjadi panca brahma(lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara(tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak di dalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung).

Begini caranya menyatukan ataupun menempatkan sang hyang dasa aksara dalam badan ini. Yang pertama sang hyang sandhi reka yang terletak dalam badan kita ini. Beliau bertapa-beryoga sehingga beliau menjelma menjadi sang hyang eka jala resi. Sang hyang eka jala rsi beryoga muncul sang hyang ketu dan sang hyang rau.

Sang hyang rau menciptakan kala (waktu), kegelapan, niat (jahat yang sangat banyak, sedangkan sang hyang ketu menciptakan tiga aksara yang sangat berguna, diantaranya wreasta (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya), beserta swalalita dan modre. Sehingga jumlah hurupnya adalah dua puluh hurup. Aksara modre bersatu dengan sembilan hurup wreasta yaitu dari ha –wa, yang kemudian disebut dasa sita. Aksara swalelita, bersatu dengan sembilan hurup wreasta lainnya yaitu dari la – nya, yang kemudian disebut ‘dasa sila’ dan ‘dasa bayu’. Bertemu ketiga induk dari aksara suci tersebut; dasa sita, dasa sila, dasa bayu menjadi ‘dasa aksara’.

begini cara menempatkan sang hyang dasa aksara didalam badan;
  • Sa ditempatkan di jantung,
  • Ba ditempatkan di hati,
  • Ta ditempatkan di kambung,
  • A ditempatkan di empedu,
  • I ditempatkan di dasar hati,
  • Na ditempatkan di paru - paru,
  • Ma ditempatkan di usus halus,
  • Si ditempatkan di ginjal,
  • Wa ditempatkan di pancreas,
  • Ya ditempatkan di ujung hati.
Dasa aksara diringkas menjadi panca brahma (sa, ba, ta, a, i). panca brahma diringkas menjadi tri aksara (a, u, ma). Setelah itu baru turun arda candra (bulan sabit), windu (lingkaran) dan nada (titik). Baru boleh di ucapkan sang, bang, tang, ang, ing, nang, mang, sing, wang, yang.

lafalkan aksara tersebut lalu letakkan dalam tubuh kita dan alam semesta. Ini rangkuman intisari dari sastra yang berjumlah lima hurup, yang digunakan untuk memuja tuhan, memanggil, menghaturkan persembahan, memohon anugrah dari tuhan YME, diantaranya:

mantra untuk memuja tuhan, Mang Ang Ong Ung Yang.
mantra untuk memanggil agar tuhan berkenan hadir, Ang Ong Ung Yang Mang.
mantra untuk mempersembahan sesajen jamuan dari kita, Ong Ung Yang Mang Ang.
mantra untuk memohon anugrah dari tuhan YME, Ung Yang Mang Ang Ong.

yang disebut panca tirta, ini aksaranya:
  • sang sebagai tirta sanjiwani, untuk pangelukatan (membersihkan).
  • Bang sebagai tirta kamandalu, untuk pangeleburan (menghancurkan).
  • Tang merupakan tirta kundalini, utuk pemunah (menghilangkan).
  • Ang merupakan tirta mahatirta, untuk kasidian (agar sakti).
  • Ing merupakan tirta pawitra, untuk pangesengan (membakar).
Ini yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya;
  • Nang disimpan di suara.
  • Mang disimpan di tenaga
  • Sing disimpan di hati/perasaan
  • Wang disimpan di pikiran
  • Yang disimpan di nafas.
Kemudian balikkan hurup tersebut:
  • Yang disimpan di jiwa
  • Wang disimpan di guna/aura
  • Sing disimpan di pangkal tenggorokan
  • Mang disimpan di lidah
  • Nang disimpan di mulut
Ini menyimpan Rwa bhineda (dua sisi dunia), ini suaranya; Ong Ung. Ong di hati putih, ung di hati hitam. Ung di empedu, ong di pancreas. Ong di dubur, ung di usus.

Ini suara inti sari; ekam evam dwityam Brahman, disebut ONG. Berupa api rwa bhineda Ang, berupa air rwa bineda Ah.

dasar mantra antuk tri aksara; Mang Ang Ung
kemulan mantra; Ang Ung Mang
pengastiti widhi dewa bethara; Ung Mang Ang
iki pengeraksa jiwa antuk catur aksara; Mang Ang Ung Ong
pengundang bhuta dengen antuk kahuripan; Ang Ung Ong Mang
pemageh bayu ring raga antuk catur resi; Ung Ong Mang Ang
pangemit bayu antuk catur dewati; Ong Mang Ang Ung

ini pertemuan sastra yang delapan belas (wreastra), bertemu ujung dengan pengkalnya menjadi dasa aksara, diantaranya;
  • ha – nya menjadi sang
  • na – ya menjadi nang
  • ca – ja menjadi bang
  • ra – pa menjadi mang
  • ka – nga menjadi tang
  • da – ba menjadi sing
  • ta – ga menjadi ang
  • sa – ma menjadi wang
  • wa– la menjadi ing, yang
ini merupakan maksud dari sastra wreastra, dibaca dari belakang. diantaranya;
  • nyaya berarti sang Hyang Pasupati, Tuhan
  • japa berarti Sang hyang mantra,
  • ngaba berarti Sang Hyang guna,
  • gama berarti kekal, abadi,
  • lawa berarti manusia,
  • sata berarti hewan dan binatang,
  • daka berarti pendeta, nabi, orang suci
  • raca berarti tumbuhan
  • naha berarti moksa, nirvana.
demikianlah sastra yang ada di alam ini yang berada juga didalam tubuh kita. Jagalah kesucian dan keseimbangan dari hurup suci tersebut. Semoga setelah membaca dan meresapi sastra ini, dunia ini akan menjadi semakin sejahtera.

by http://esotericworlds.blogspot.com

Kramaning Sembah, aturan sembahyang umat hindu

Sembahyang dilakukan umat untuk memuja Tuhan. Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya. Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang, membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu makna yang terkandung dari setiap langkah dan cara.

Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.


Persiapan sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan. Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:

Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti berikut ini:

sembahyang diawali dengan Puja Tri Sandya

Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om atma tattvatma suddha mam svaha.


artinya:
Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.


Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya
Mantram:
Om Aditisyaparamjyoti,

rakta teja namo'stute,

sveta pankaja madhyastha,

bhaskaraya namo'stute


Artinya:
Om, sinar surya yang maha hebat,

Engkau bersinar merah,
hormat padaMu,
Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih,

Hormat padaMu pembuat sinar.

Sarana bunga

Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan
Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:
Mantra:
Om nama deva adhisthannaya,

sarva vyapi vai sivaya,
padmasana ekapratisthaya,

ardhanaresvaryai namo namah


Artinya:
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi,
kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana,
kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Adhanaresvari, hamba menghormat
.
Sarana kawangen

Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah
Mantra:
Om anugraha manohara,
devadattanugrahaka,
arcanam sarvapujanam,
namah sarvanugrahaka.


Deva devi mahasiddhi,

yajnanga nirmalatmaka,

laksmi siddhisca dirghayuh,

nirvighna sukha vrddhisca


Artinya:
Om, Engkau yang menarik hati,
pemberi anugerah,

anugerah pemberian dewa,
pujaan semua pujaan,

hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.


Kemahasidian Dewa dan Dewi,
berwujud yadnya,
pribadi suci,
kebahagiaan,
kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan
.
sarana bunga

Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om deva suksma paramacintyaya nama svaha


artinya:
Om, hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi yang gaib

Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon tirta dan bija.

by http://esotericworlds.blogspot.com

Tri Sandya; sekilas kewajiban yang penuh arti...

Marilah kita memuja Tuhan, Ida Hyang Widhi WaƧa

Pemujaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dengan banyak cara. Salah satu di antaranya ialah dengan bersembahyang tiap hari. Kita yang beragama Hindu bersembahyang tiga kali sehari, pagi, siang dan malam hari. Sembahyang demikian disebut sembahyang Trisandhya. Mantram yang dipakaipun disebut mantram Trisandhya.

Mantram ini ditulis dalam bahasa Sansekerta, bahasa orang Hindu jaman dahulu. Kita boleh bersembahyang dengan duduk bersila, duduk bersimpuh atau berdiri tegak sesuai dengan tempat yang tersedia. Sikap duduk bersila disebut padmasana. Sikap duduk bersimpuh disebut bajrasana dan yang berdiri disebut padasana.

Setelah sikap badan itu baik, dilanjutkan dengan pranayama. Pranayama artinya mengatur jalannya nafas. Gunanya: untuk menenangkan pikiran dan mendiamkan badan mengikuti jalannya pikiran, bila pikiran dan badan sudah tenang maka barulah mulai bersembahyang.

Sikap tangan waktu bersernbahyang disebut sikap amusti. Mata memandang ujung hidung dan pikiran ditujukan kepada Sanghyang Widhi. Dalam keadaan seperti itu, sabda, bayu, idep harus dalam keadaan seimbang.

Sebelum mengucapkan mantram, kedua tangan kita bersihkan dengan mantram demikian:
Tangan kanan:
Mantranya; Om suddha mam svaha
Artinya; Om bersihkanlah hamba
Tangan kiri:
Mantranya; Om ati suddha mam svaha
Artinya; Om lebih bersihkanlah hamba

Mantram Trisandhya
OM, OM, OM BHUR BHUWAH SWAH, TAT SAWITUR WARENYAM,
BHARGO DEWASYA DHIMAHI, DHIYO YO NAH PRACHODAYAT.

OM NARAYANAD EWEDAM SARWAM, YAD BHUTAM YASCA BHAWYAM,
NISKALO NIRlANO NIRWIKALPO,NlRAKSATAH SUDDHO DEWO EKO,
NARAYANA NADWITYO ASTI KASCIT.

OM TWAM SIWAH TWAM MAHADEWAH, ISWARAH PARAMESWARA,
BRAHMA WISNUSCA RUDRASCA, PURUSAH PARIKIRTITAH.

OM PAPO'HAM PAPAKARMAHAM, PAPATMA PAPASAMBHAWAH,
TRAHI MAM PUNDARIKAKSAH, SABAHYABHYANTARA SUCIH.

OM KSAMA SWAMAM MAHADEWA, SARWAPRANI HITANGKARAH,
MAM MOCCA SARWAPAPEBHYAH, PALAYASWA SADASIWA.

OM KSANTAWYA KAYIKA DOSAH. KSANTAWYO WACIKA MAMA,
KSANTAWYA MANASA DOSAH, TAT PRAMADAT KSAMASWA MAM.

OM SANTI, SANTI, SANTI OM

Terjemahannya
  • Oh.. Hyang Widhi yang menguasai ketiga dunia ini, Yang maha suci dan sumber segala kehidupan, sumber segala cahaya, semoga limpahkan pada budi nurani kami penerangan sinar cahayaMu yang maha suci.
  • Oh.. Hyang Widhi, darimulah segala yang sudah ada dan yang akan ada di alam ini berasal dan kembali nantinya. Engkau adaIah gaib, tiada berwujud, di atas segala kebingungan, tak termusnahkan. Engkau adalah maha cemerlang, maha suci, maha esa dan tiada duanya.
  • Oh.. Hyang Widhi, Engkau disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma dan Wisnu dan juga Rudra. Engkau adalah asal mula dari segala yang ada.
  • Oh Hyang Widhi Wasa, hamba ini papa, jiwa hamba papa dan kelahiran hambapun papa, perbuatan hamba papa.
  • Oh.. Hyang Widhi, selamatkanlah hamba dari segala kenistaan ini, dapatlah disucikan lahir dan batin hamba, ampunilah hamba. Oh Hyang Widhi, penyelamat segala makhluk. Lepaskanlah, kiranya hamba dari segala kepapaan ini dan tuntunlah hamba, selamatkan dan lindungilah hamba oh Hyang Widhi Wasa.
  • Oh Hyang Widhi Wasa, ampunilah segala dosa hamba, ampunilah dosa dari ucapan hamba dan ampunilah pula dosa dari pikiran hamba. Ampunilah hamba atas segaIa kelalaian hamba itu.
  • Semoga damai dihati, damai didunia, damai selalu.

Uraian dan Arti Kata-kata dalam Tri Sandhya


Tri = tiga, Sandhya = sembahyang,

Om = suku kata suci, lambang Sang Hyang Widhi, Bhur = bumi, Bhuvah = langit, Svah = sorga, Tat = itu, Savitur = savita, Varenyam = Tuhan, Bhargo = cemerlang, Devasya = Dewa: Tuhan, Dhimahi = marilah kita memusatkan pikiran dhiyah pikiran, Yah = ia, Nah = kita, Prachodayat = semangat,

Narayanah = Tuhan (Narayana), Eva = hanya, Idam = ini, Sarva = semua, Yat = yang, Bhutam = yang telah ada, Bhavyam = yang akan ada, Niskalanko = bebas dari noda, Niranjano = bebas dari kotoran, Nirvikalpo = perubahan, Nirakhyatah = digambarkan, Sudda = suci, Devo = Dewa, Eko = satu, Na = tidak, Dvitiyo = kedua, Asti = ada, Kascit = yang lain,

Tvam = engkau, Sivah = Siwa; yang pengasih dan penyayang, Mahadevah = Mahadewa; Dewa yang Agung, Isvarah = Iswara; yang kuasa, Paramesvarah = penguasa yang tertinggi, Brahma = Brahma; yang mencipta, Visnuh = Wisnu; yang bekerja / memlihara, Ca = dan, Rudrah = Rudra; yang mempralina / menghancurkan Purusah = purusa; jiwa alam semesta, Parikirtitah = dipanggil,

Papa = papa/hina/nista, Aham = hamba, Papakarma = perbuatan papa, Papatma = jiwa papa, Papasambhavah = kelahiran papa, Trahi = hendaknya engkau, Mam = lindungi hamba, Pundarikasa = yang bermata, Sabahya-bhyantarah = luar dalam lahir batin, Sucih = suci bersih,

Ksamasva = hendaknya engkau ampuni, Sarvaprani-hitankara = yang membuat kebahagiaan semua makhluk, Moca = hendaknya engkau bebaskan, Sarvapapebhyah = semua dosa, Palayasva = hendaknya engkau lindungi, Sadasiva = Siwa yang kekal,

Ksantavyah = hendaknya supaya diampuni, Kayikah = anggota badan, Dosah = dosa, Vacikah = kata-kata, Mama = hamba, Manasah = pikiran, Pramadat = kelalaian.

Santih = damai.

by http://esotericworlds.blogspot.com

Selasa, 23 Juni 2009

Kanda Pat Dewa

Setelah mempelajari / minimal mengetahui dasar dari Kanda Pat – Catur Sanak, barulah kita menginjak pada materi kepemangkuan. Dikatakan demikian couse pada level ini sudah tidak ada lagi ikatan keduniawian, minimal rasa marah, iri dan dengki sudah bisa diredam, barang tentu dengan tapa Samadhi ataupun meditasi. Saat level Kanda Pat Dewa, seseorang akan merasa wajib baginya untuk Sembahyang, mendekatkan dirinya ke Hyang Widhi.

Seperti halnya Kanda Pat lainnya, catur sanak Pada Kanda Pat ini merupakan kultivasi dari yang sebelumnya. Adapun suksma dari Kanda Pat Dewa (panca Dewata) ini adalah;
  • Mang sang hyang Iswara: keluar dari jantung terus ke mata berstana di timur
  • Ang sang hyang Brahma: keluar dari hati terus ke telinga berstana di selatan
  • Ong sang hyang Mahadewa: keluar dari ginjal terus ke hidung berstana di barat
  • Ung sang hyang Wisnu : keluar dari empedu terus ke mulut berstana di utara
  • Yang sang hyang Siwa: keluar dari dalam hati terus ke ubun2 berstana di tengah
Setelah mengetahui suksma dari Kanda Pat Dewa tersebut, barulah kita merasa plong, untuk memohon sesuatu. Dan ini afirmasi untuh memohon anugrah kepada Kanda Pat Dewa:
Mang Ang Ong Ung Yang, sang hyang Iswara, sang hyang Brahma, sang hyang Mahadewa, sang hyang Wisnu, sang hyang Siwa, Tabe tabe pang tan keneng raja panulah, Aja sira Paduka Betara lali asanak ring manusanira pakulun, Apan manusanira pakulun tan lali astiti bakti ring Paduka betara, Paweha manusanira asung kerta waranugraha, Asing wenten pinunas manusanira pakulun mangda kasidan, Manusanira pakulun nunas………

Sehabis itu jangan lupa untuk dipulangkan (pamulihnia) agar badan kita tidak kosong (tan samangkana ngelayung raganta), karena saat memohon beliau semua berada diluar tubuh kita. Ini pemasuknia;
  • Mang sang hyang Iswara: manjing maring netra maliga mareng papusuh, jumenek sira malingga mareng sarira hening.
  • Ang sang hyang Brahma: manjing maring karna maliga mareng hati, jumenek sira malingga mareng sarira hening
  • Ong sang hyang Mahadewa: manjing maring hirung maliga mareng ungsilan, jumenek sira malingga mareng sarira hening
  • Ung sang hyang Wisnu: manjing maring cangkem maliga mareng ampru, jumenek sira malingga mareng sarira hening
  • Yang sang hyang Siwa: manjing maring siwadwara maliga mareng tungtunging hati, jumenek sira malingga mareng sarira hening tan pateleteh.
  • “ONG MANG ANG ONG UNG YANG, ANG UANG MANG, SURUP, SURUP,SURUP“
Okay…
Sekian dulu info / kutipan dari tutur catur sanak, mudah2an para pembaca mengerti dan bisa mengamalkannya. Disarankan untuk mencari pembimbing / penuntun agar efek negative dari ajaran ini bisa dikurangi. Semoga Hyang Widi Wasa memberikan jalan terang kepada kita semua.
Om Santih, Santih, Santih, Om.
by http://esotericworlds.blogspot.com

Senin, 22 Juni 2009

materi Kanda Pat Manusa

Singkat kata, saya akan share apa saja yang akan di pelajari dalam Kanda Pat Manusa dan ini merupakan materi pokoknya. Sebagai lanjutan dari Kanda Pat Butha, Kanda Pat Manusa juga mengenal adanya saudara2 kita yang merupakan kultivasi atau penyempurnaan dari yoga saudara kita saat masih di catur sanak butha. Adapun nama dari catur sanak kita antara lain;
  • I Ratu Ngurah Tangkeb Langit; merupakan kultivasi dari Anggapati.
  • I Ratu Ngurah Wayan Teba; merupakan kultivasi dari Prajapati.
  • I Ratu Ngurah Made Jelawung; merupakan kultivasi dari Banaspati.
  • I Ratu Ngurah Nyoman Sakti Pengadangan; merupakan kultivasi dari Banaspati Raja.
  • I Ratu Ngurah Ketut Petung; merupakan kultivasi dari Butha Dengen.
Seperti halnya Kanda Pat Butha, untuk meresapi keberadaan Catur Sanak kita mestinya kita mengetahui dari mana asalnya dan sebagai apa. Adapun suksman dari catur sanak kita;
  • I Ratu Ngurah Tangkeb Langit; keluar dari air terus ke kulit berdiam/tinggal di timur
  • I Ratu Ngurah Wayan Teba; keluar dari darah terus ke daging berdiam/tinggal di selatan
  • I Ratu Ngurah Made Jelawung; keluar dari ari-ari terus ke bulu berdiam/tinggal di barat
  • I Ratu Ngurah Nyoman Sakti Pengadangan; keluar dari urat terus ke tulang berdiam / tinggal di utara
  • I Ratu Ngurah Ketut Petung; keluar dari tengah hati terus ke ubun2 berdiam/tinggal di tengah.

Setelah tau dimana posisi Catur Sanak kita dan menghayatinya / mendalaminya, barulah kita bisa memohon bantuan kepadanya. Adapun afirmasi/mantranya:

I Ratu Ngurah Tangkeb Langit, I Ratu Ngurah Wayan Teba,
I Ratu Ngurah made jelawung,
I Ratu Ngurah Nyoman Sakti Pengadangan lan I Ratu Ngurah Ketut Petung,
Aja sira lali asanak lawan hulun, Apan hulun tan lali astiti bakti ring sira,
Paweha ingsun waranugraha, Asing wenten pinunas hulun mangda kasidan,
Hulun nunas ………

Setelah mengeluarkan Catur Sanak Kita untuk memohon bantuan ingatlah untuk memasukanya kembali kedalam tubuh kita agar menempati posisinya semula. Adapun afirmasinya;

  • I Ratu Ngurah Tangkeb Langit: manjing maring kulit malinggih mareng toya, jumenek sira malinggih, raksa ragan hulun.
  • I Ratu Ngurah Wayan Teba: manjing maring daging malinggih mareng rah, jumenek sira malinggih, raksa ragan hulun.
  • I Ratu Ngurah Made Jelawung: manjing maring bulu malinggih mareng ari-ari, jumenek sira malinggih, raksa ragan hulun.
  • I Ratu Ngurah Nyoman Sakti Pengadangan: manjing maring balung malinggih mareng urat, jumenek sira malinggih, raksa ragan hulun.
  • I Ratu Ngurah Ketut Petung: manjing maring siwadwara malinggih mareng madyaning hati, jumenek sira malinggih, raksa ragan hulun.

ong sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang, ang ah, surup surup surup, ong nama siwaya”

  • I Ratu Ngurah Ketut Petung: wetu sakeng sumsum terus ke siwadwara manjing mareng kulit malinggih mareng toya.
  • I Ratu Ngurah Wayan Teba: wetu sakeng rah terus ke daging manjing mareng walung malinggih mareng urat.
  • I Ratu Ngurah Made Jelawung: wetu sakeng ari-ari terus ke bulu manjing mareng walung malinggih mareng urat.
  • I Ratu Ngurah Nyoman Sakti Pengadangan: wetu sakeng urat terus ke walung manjing mareng kulit malinggih mareng toya

Untuk laban dari Kanda Pat Manusa adalah Upacara Manusa Yadnya yaitu Banten Otonan yang di selenggarakan tiap 6 bulan, untuk memperingati hari lahirnya kita. Selain itu dianjurkan juga menghaturkan rarapan di dipan/tempat tidur yang posisinya pas diatas kepala kita setiap rerahinan gumi.

Nah… segitu saja materi pokok ajaran Kanda Pat Manusa, sangat singkat tapi dapat dikembangkan lagi. Setelah beberapa bulan mendalami ajaran ini barulah mempalajari materi lainnya..Kanda Pat Dewa…

usadha bali obat buduh dan menambah rejeki

Setelah lama mencari2 artikel, sampai bingung mo post apa ne sekarang, akhirnya saya mendapat sedikit info yang harus saya share kepada para penggemar usada bali dan esoteriker semuanya.

Disini saya akan share cara mengobati orang yang belum waras alias gila, obat gatal-gatal, obat orang yang kena sakit lumpuh, kalau bertemu atau sedang berhadapan dengan orang yang sangat sakti, dan tips untuk memperoleh rejeki serta mempertahankan rejeki tersebut biar tidak surut. Dibawah ini tips selengkapnya;

Obat Buduh / orang tidak waras
yaitu dengan tutuh atau memasukkan jamu (ramuan khusus) lewat hidungnya. Sebelumnya sarana tutuh ini di pasupati dulu biar lebih manjur. Adapun sarana tutuh ini ada dua, silahkan pilih salah satunya: Yeh cendana, bunga cempaka putih 3, dedes. atau dengan menggunakan; Akah kalianti, akah ratna putih, akah cemeng putih, atin bawang (iki yan sirahne sakit).

obat gatal-gatal /Awak genit
dengan luluran atau mandi ramuan berikut;Don juuk (jeruk), don sotong, don kampuak, don isen, isen, tumbah, yeh arak. Medadah (boreh).

obat Anak lumpuh,
tapi dengan satu syarat lumpuh ini tidak lebih dari setahunatau lumpuh dari kecil. Bukannya tidak boleh dicoba tetapi akan memerlukan waktu yang sangat lama. Adapun caranya yaitu; Diusapkan dengan minyak pada bagin lumpuhnya, tapi minyak tersebut berasal dari lemak bebek dengan mencurinya, dicampur akah ental, akah buah, akah kepuh, isisn jeron belatuk mejangaran.

kalau menghadapi orang sakti
atau memasuki rumah orang sakit yang mau diobati yang sering dijumpai mahkluk aneh, manusa sakti maupun saat kita memasuki karang angker ini pengimpasnya atau penolaknya, “Iki Pangimpas/Pamatuh Agung”;
caranya : Pekek napas, nunas kesaktian ring Ibu Pertiwi sane maparab Sang Hyang Pasupati, nunas Punungkul Agung mangda anake pada asih, nginutang.
atau cara kedua: colek tanahe baan jari mati tangan kiri, terus colekang di tutuk layahe utawi gidatte.
bila masih kurang juga pake Cara ketiga : Panggil Ibu Pertiwi, sorotan tangan kirie ke tanahe, kea rep ping 3, terus apunang/usapang bookke/sirahe uli dori kea rep.

yang ini pamungkasnya yang sering dicari-cari oleh para pekerja dan masyarakat umumnya, cara agar mendapat rejeki secukupnya, cukup makan, cukup beli rumah, cukup semuanya… he hehe he he maruk namyanya tu.. Ini tips untuk memohon melancarkan rejeki dan agar rejeki yang sudah didapat mau bertahan dan tidak surut.
Sarana; Ngaturang banten ring Kamulan, Tumpeng putih kuning 1 (bongkol tumpenge putih muncukne kuning), be putih, kuning taluh, metatakan kulit sayut ane melakar baan 5 soroh busung (busung nyuh Gading, Bulan, Udang, Mulung, biasa, gadang) maisi tumpeng meraka 5 soroh, 7 soroh. Tirta maisi 3 macem bunga (putih, kuning lan gadang).
Dihaturkan / Tuur Hyange, Betara – betari, Hyang Guru. Sembahyang bersama dengan keluarga, tunas tirtanya dan lebar tumpengnya beserta surudan lainnya.

Sekian dulu tipsnya… semoga bermanfaat..

perubahan nama pada Kanda Pat

Kanda Pat adalah Empat Teman: Kanda = teman, Pat = empat,
sering juga disebut Catur Sanak; catur = empat, sanak = saudara,
yaitu kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana. Menurut Kitab Suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan/ usia manusia:


Kanda Pat Rare;

  • Embrio; Karen, Bra, Angdian, Lembana.
  • Kandungan 20 hari; Anta, Prata, Kala, Dengen.
  • Kandungan 40 minggu; Ari-ari, Lamas, Getih, Yeh-nyom.
  • Lahir, tali pusar putus; Mekair, Salabir, Mokair, Selair.

Kanda Pat Butha;
  • Bayi bisa bersuara; Anggapati, Prajapati, Banaspati, Banaspatiraja.

Kanda Pat Sari;
  • 14 tahun; Sidasakti, Sidarasa, Maskuina, Ajiputrapetak.
  • Bercucu; Podgala, Kroda, Sari, Yasren.

Kanda Pat Atma;
  • Meninggal dunia; Suratman, Jogormanik, Mahakala, Dorakala.

Kanda Pat Dewa;
  • Manunggal (Moksa); Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa, Suniasiwa.

Bentuk-bentuk kandapat yang dapat dilihat dan diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih dan yeh-nyom. Setelah mereka dikuburkan (segera setelah bayi lahir) maka perubahan selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang kekuatan bathinnya terpelihara.

Bagan di atas dapat juga dibaca terbalik dengan pengertian sebagai berikut:
Hyang Widhi mewujudkan diri menjadi empat manifestasi, kemudian keempatnya itu yaitu:
  • Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi ari-ari
  • Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai lamas
  • Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi getih, dan
  • Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-nyom.
Keempat teman yang abstrak ini menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi. Mereka juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratman yang dahulu berbentuk ari-ari. Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali). Kandapat ada dalam diri/ tubuh manusia, namun ketika tidur, kandapat keluar dari tubuh. Maka mereka perlu dibuatkan pelinggih berupa "pelangkiran" di kamar tidur, tempat bersemayamnya kanda pat ketika kita tidur pulas.

Untuk info lebih lanjut mengenai penjelasan2 yang lebih lengkap dari Kanda Pat ini bias berkonsultasi langsung kepada ida sane singgihin tyang Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi,
Geria Tamansari Lingga Ashrama. Dengan alamat Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali,
telepon 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4.


suksma

Sumber
http://www.babadbali.com
By
http://esotericworlds.blogspot.com