Jumat, 19 Juni 2009

Kanda Pat Butha

Bagi teman2 yang ingi mampelajari keilmuan esoteric khas dari daerah bali, semestinya pelajari dulu ajaran Kanda Pat yang merupakan pelajaran dasar yang akan berdampak sangat luas dan penting untuk menunjang keilmuan bali lainnya. Karena menurut pandangan pribadi saya, semua materi dari ajian, pekakas, jimat maupun cara bersosialisai berlandaskan pada ajaran ini, dan secra tidak langsung materi Kanda Pat ini memperkokoh budaya bali yang berlandaskan Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi.

Kanda Pat, kalau ditarik garis besarnya dapat dibagi 3 yaitu;
  • Kanda Pat Butha, yang mempelajari saudara kita yang masih berupa butha kala yang sangat kuat enerjik dan dipenuhi oleh aura panas (semangat).
  • Kanda Pat Manusa, yang mempelajari saudara kita yang dudah berkultivasi menjadi manusia, yang sifatnya sangat mirip dengan manusia itu sendiri.
  • Kanda Pat Dewa (Dewata), yang mempelajari saudara kita yang sudah mencapai tingkat kultivasi dewata, yang merupakan dewa penjaga alam semesta ini.
Mungkin ini bisa dikatakan level, karena semua bagian Kanda Pat ini sangat berhubungan, oleh karena itu untuk mempelajarinya mulailah dengan Kanda Pat Butha yang kemudaian dilanjutkan dengan Kanda Pat Manusa dan berakhir dengan Kanda Pat Dewa.

Singkat kata, saya akan share apa saja yang akan di pelajari dalam Kanda Pat Bhuta dan ini merupakan materi pokoknya.

Dalam Kanda Pat Butha; diyakini kita memiliki saudara yang bernama Anggapati, Banaspati, Prajapati, Banaspati Raja dan Butha dengen. Untuk dapat meresapi ajaran ini, kita mesti tau bagaimana cara merasakan kehadiran saudara2 kita tersebut. Pertama2 kita harus tau dari mana asalnya. Adapun suksman dari saudara kita adalah;
  • anggapati: keluar dari jantung terus ke mata berstana/tinggal di timur.
  • prajapati: keluar dari hati terus ke telinga berstana/tinggal di selatan.
  • banaspati: keluar dari ginjal terus ke hidung berstana/tinggal di barat.
  • banaspatiraja: keluar dari empedu terus ke mulut berstana/tinggal di utara.
  • butadengen: keluar dari tengah hati terus ke ubun2 berstana/tinggal di tengah
setelah itu belajar memasukkan saudara kita tersebut kedalam tubuh kita, adapun caranya sekaligus mantranya:
  • Anggapati: manjing maringNetra malinggih ring Papusuh, jumenek sira malinggih, raksa ragan insun.
  • Prajapati: manjing maring Karna malinggih ring Hati, jumenek sira malinggih, raksa ragan insun.
  • Banaspati: manjing maring Hirung malinggih ring Ungsilan, jumenek sira malinggih, raksa ragan insun.
  • Banaspati Raja: manjing maring Cangkem malinggih ring Ampru, jumenek sira malinggih, raksa ragan insun.
  • Butha Dengen: manjing maring Siwadwara malinggih ring Bungkahing Hati, jumenek sira malinggih, raksa ragan insun.
  • Ih, Ah, Eh, Uh, sang catur sanak, raksanen ingsun, kemit rahina wengi, atangi muwang aturu, yan hana sarwa hala tunimba ring awak sariran ingsun tulakang, wangsulakena den adoh, ong ang ung mang, surup surup surup.
Inti dari mantra tersebut” …nama saudara kita… masuk dari ……, berdiam di ………, istirahatlah disana, jaga diri saya”.

Setelah saudara2 kita tersebut berdiam dalam tubuh kita, dan selalu menjaga kita, maka mestinya saudara2 kita diberi Laban/upah sebagai ucapan terimakasih kita atas semua bantuannya. Adapun mantra saat memberi Laban antara lain;
  • Anggapati: Wetu sakeng Papusuh terus ke Netra malinggih ring Purwa, iki tadah sajen nira; ajengan nasi kepelan Petak maulam bawang jahe.
  • Prajapati: Wetu sakeng Hati terus ke Karna malinggih ring Daksina, iki tadah sajen nira; ajengan nasi kepelan Bang maulam bawang jahe.
  • Banaspati: Wetu sakeng Ungsilan terus ke Hirung malinggih ring Pascima, iki tadah sajen nira; ajengan nasi kepelan Kuning maulam bawang jahe.
  • Banaspati Raja: Wetu sakeng Ampru terus ke Cangkem malinggih ring Uttara, iki tadah sajen nira; ajengan nasi kepelan Ireng maulam bawang jahe.
  • Butha Dengen: Wetu sakeng Bungkahing Hati terus ke Siwadwara malinggih ring Madya, iki tadah sajen nira; ajengan nasi kepelan Manca Warna maulam bawang jahe.
  • Ah Eh Uh Ih, Sang Catur Sanak, wus sira amukti, aja sira lali asanak ring insun, apan insun tan lali astiti bakti ring sira. Asing wenten pinunas insun mangda kasidan. Ong ang ung mang nama siwaya.
Kalau dilihat dari mantra yang terakhir, kita mestinya tidak melupakan saudara butha kita agar dia selalu ingat juga dengan diri kita, nah disini kita sudah diajari secara langsung ajaran “tat twam asi” dia adalah kamu sendiri, maka percayalah kepadanya maka kamu sendiri akan percaya pada dirimu.

Sarana dari laba untuk sanak butha kita adalah Segehan, dan inti dari mantra tersebut adalah mempersilahkan saudara kita satu persatu menikmati laba yang kita suguhkan. Nah.. apabila kita sudah terasa dekat dengan catur sanak kita, apabila kita berkeinginan untuk meminta bantuan kepadanya sangatlah mudah dan pasti akan terkabulkan coz seperti halnya kita memiliki teman baik atau saudara kandung yang sangat dekat dengan kita, apabila kita dalam kesusuhan maka dia akan segera menolong kita, begitu kira2 he he he he…

satu lagi, saat menjalankan ajaran ini (Kanda Pat Butha) mungkin kita akan dikira memuja setan, maklum saja.. saudara yang sering kita minta bantuan masih berupa butha kala (kalau di agama lain bisa2 dibilang memuja jin atau genderuwo he he he..) tapi jangan takut.. ingat tat twam asi dan Tri Hita Karana, semua merupakan bagian hidup kita..

tapi saat pengamalan inilah seseorang bisa terpelosok pada jurang hitam, karena pada saat pengamalan ini seseorang akan terasa sangat hebat, bersemangat bagai api yang terus membara dan ingin membakar apapun yang ada dihadapannya, sehingga sering kali berubah menjadi ke dharmaweci alias pengeliakan (LEAK) karena aura panas yang sangat berlebihan yang dipakai untuk hal2 yang negative... Langsung saja, cara / mantra saat kita munta bantuan ke saudara butha kita yaitu;
Ih, Ah, Eh, Uh, sang catur sanak,
anggapati, prajapati, banaspati, banaspatiraja, butadengen,
Aja sira lali asanak lawan ingsun,
Apan ingsun tan lali astiti bakti ring sira,
Paweha ingsun waranugraha,
Asing wenten pinunas ingsun mangda kasidan,
Ingsun nunas ……………

NB. setelah minta sesuatu pada sang catur sanak, ingat memasukkannya lagi dalam tubuh kita, kembali seperti yang paling atas.. and...ingat lah setiap kajeng klion untuk menghaturkan laban segehan kepel manca warna di sebelah tempat tidur kita, dan afirmarmasikan yang intinya member laban sehingga dia ingat dengan diri kita. Ex. ih semeton sang catursanak, anggapati, banaspati, prajapati, banaspati raja lan butha dengen, iki tyg ngaturang labang segehan kepel amanca warna maulam bawang jahe, mogi kenak sira, raksa ragan tyg. Mantra bole saja dirobah asal intinya tetap sama okay,,,

Nah… segitu saja materi pokok ajaran Kanda Pat Butha, sangat singkat tapi dapat dikembangkan lagi. Setelah beberapa bulan mendalami ajaran ini barulah mempalajari materi lainnya..Kanda Pat Manusa…

1 komentar:

AutoPilot-Trading mengatakan...

Utk ajaran kanda pat bhuta, apakah kita memasukkan dulu.... Saudara kita, apa mengeluarkan dulu.....